Minggu, 04 Juli 2010

Kepada Kabut

Hei kabut,
Mengapa paksakan hadir padahal semua orang enggan menatap
Putih tak cerminkan kelakuanmu
Hanya manusia di kejauhan yang terpana pada jubah bersih
Mereka tak tahu apa-apa
Tatapan meraka semu

Hai Kabut,
Untuk apa bertahan di hadapan
Semakin lama semakin tak dimengerti keberadaannya di sini
Hanya memenjara pandangan
Mengekang penglihatan atas ciptaan-Nya.

Hai kabut,
Kapan berhenti memaksa menghentikan jejak langkah
pedulimu hampa, tak berisi
Menipu dengan keangkuhan selimut senja
Menghapus jejak kaki cakrawala

Hai kabut,
Haruskah kuhampiri, kulewati
sambil meninju pongah yang tak berkesudahan
menghabisi sombong dengan kepal tangan malam
Merampas nyawa
dan menggantungkankan jasad di celah-celah tebing

Hei kabut,
pergilah kau
sebelum emosiku benar-benar memuncak.


Garut, 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar